Rabu, 07 November 2012

Ngarang

Esi yunita sari...Berasal dari lampung

Ia sangat mahir dalam mengendarai motor

Ia bercita-cita ingin menjadi bidan dan interpreneur yg profesional

Belajar tulisan bergerak

Tulisan Bergerak Bergerak kekanan (KTIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII)

Karangan Bebas

Detik-detik menuju ujian proposal kti. Tidak menyangka sebelumnya akan berhadapan dengan dosen pembimbing profesional dan disiplin.






About me

Kamis, 31 Mei 2012

askeb pada bayi sehat


MAKALAH SEMINAR KASUS ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI SEHAT AN. N USIA 2 BULAN 1 HARI DENGAN IMUNISASI
DPT-HB I DAN IPV I   DI PUSKESMAS JETIS I







Disusun Oleh:
UCI  NAHIATUL FANIAH                 M10.02.0070
YUNI SAPTIN SULAIMI                    M10.02.0043





PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MADANI YOGYAKARTA
2011/2012


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
 Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu (Hidayat, 2005). Program imunisasi ini bertujuan untuk menurunkan angka kematian  bayi   akibat  Penyakit yang   Dapat   Dicegah   Dengan   Imunisasi (PD3I) diantaranya tuberculosis, difteri, pertusis, tetanus, poliomyelitis, campak, dan hepatitis B.
Dari data terakhir WHO, terdapat kematian balita sebesar 1,4 juta jiwa per tahun akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, misalnya: batuk rejan 294.000 (20%); tetanus 198.000 (14%), campak 540.000 (38%). Indonesia sendiri, UNICEF mencatat sekitar 30.000-40.000 anak di Indonesia setiap tahun meninggal karena serangan campak. Ini berarti setiap dua puluh menit seorang anak Indonesia meninggal karena campak (IDAI, 2010).
Departemen Kesehatan RI telah mencanangkan Pengembangan Program Imunisasi (PPI) secara resmi pada tahun 1997, yang menganjurkan agar semua anak diimunisasi enam macam penyakit yaitu difteri, pertusis, tetanus, tuberkulosis, polio, campak. Tahun 1991/1992 Departemen Kesehatan RI telah mulai mengembangkan program imunisasi hepatitis B dengan mengintegrasikannya ke dalam program imunisasi rutin yang telah ada di empat propinsi yaitu Nusa Tenggara Barat, Bali, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, yang terus dikembangkan ke propinsi lainnya dan akhirnya pada tahun 1997/1998 imunisasi hepatitis B sudah dapat menjangkau seluruh bayi di Indonesia (Depkes RI, 2000).
B.     Tujuan
  1. 1. Tujuan Umum

        Agar mahasiswa mampu untuk melakukan asuhan kebidanan pada bayi dengan pemberian imunisasi.
2. Tujuan Khusus
a.       Agar mahasiswa mampu melakukan pengkajian data pada bayi normal dengan baik dan benar.
b.      Agar mahasiswa mampu menginterpretasikan data pada bayi yang baik dan benar.
c.       Agar mahasiswa mampu mendiagnosa potensial pada bayi dengan baik dan benar.
d.     Agar mahasiswa mampu mengantisipasi untuk tindakan segara pada bayi dengan baik dan benar.
e.    Agar mahasiswa mampu menetapkan kebutuhan terhadap tindakan kepada bayi dengan baik dan benar.
f.       Agar mahasiswa mampu menyusun rencana dan melakukan asuhan secara menyeluruh kepada bayi dengan baik dan benar.
g.      Agar mahasiswa mampu melakukan evaluasi terhadap bayi dengan baik dan benar.











BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.    Konsep Dasar Imunisasi
1. Pengertian Imunisasi
   Imunisasi adalah suatu cara untuk menimbulkan atau meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak ia terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau sakit ringan (Depkes RI, 2005).
Istilah kekebalan biasanya dihubungkan dengan perlindungan terhadap suatu penyakit tertentu. Imunitas atau kekebalan terdiri atas imunisasi pasif, yaitu tubuh tidak membentuk imunitas, tetapi menerima imunitas, sedangkan pada imunitas aktif tubuh membentuk kekebalan sendiri. Pentingnya pemberian imunisasi didasarkan pada latar belakang bahwa pada awal kehidupan, anak belum mempunyai kekebalannya sendiri (humoral), hanya imunoglobin G yang di dapatnya dari ibu. Setelah usia 2-3 tahun, anak akan membentuk imunoglobin G sendiri, sedangkan imunoglobulin A dan M sejak lahir mulai diproduksi dan dengan bertambahnya usia anak maka akan meningkat produksinya. Dengan demikian, pada tahun pertama anak perlu mendapat kekebalan yang didapat melalui pemberian imunisasi (Supartini, 2004).
2.      Sasaran Program Imunisasi
Sasaran program imunisasi yang meliputi sebagai berikut :
a.       Mencakup bayi usia 0-1 tahun untuk mendapatkan vaksinasi BCG, DPT, polio, campak dan hepatitis B.
b.      Mencakup ibu hamil dan wanita usia subur dan calon pengantin (catin) untuk mendapatkan imunisasi TT.
c.       Mencakup anak-anak SD (Sekolah Dasar) kelas 1, untuk mendapatkan imunisasi DPT.
d.      Mencakup anak-anak SD (Sekolah Dasar) kelas II s/d kelas VI untuk mendapatkan imunisasi TT (dimulai tahun 2001 s/d tahun 2003), anak-anak SD kelas II dan kelas III mendapatkan vaksinasi TT (Depkes RI, 2005).
3.      Manfaat Imunisasi
Pemberian imunisasi memberikan manfaat sebagai berikut.
a.       Untuk anak, bermanfaat mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit menular yang sering berjangkit;
b.      Untuk keluarga, bermanfaat menghilangkan kecemasan serta biaya pengobatan jika anak sakit;
c.       Untuk negara, bermanfaat memperbaiki derajat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara (Depkes RI, 2001).
4.  Jenis Kekebalan
Ada 2 jenis klasifikasi imunitas, yaitu kekebalan aktif dan kekebalan pasif.
a.       Kekebalan aktif
Kekebalan aktif dapat terjadi apabila terjadi stimulus sistem imunitas yang menghasilkan antibodi dan kekebalan seluler dan bertahan lebih lama dibanding kekebalan pasif (Depkes RI, 2000). Ada dua jenis kekebalan aktif, yaitu kekebalan aktif didapat dan kekebalan aktif dibuat. Kekebalan yang didapat secara alami (naturally acquired), misalnya anak yang terkena difteri atau poliomielitis dengan proses anak terkena infeksi kemudian terjadi silent abortive, sembuh, selanjutnya ia akan kebal terhadap penyakit tersebut. Paparan penyakit terhadap sistem kekebalan (sel limfosit) tersebut akan beredar dalam darah dan apabila suatu ketika terpapar lagi pada antigen yang sama, sel limfosit akan memproduksi antibodi untuk mengembalikan kekuatan imunitas terhadap penyakit tersebut.
Kekebalan yang sengaja dibuat yang dikenal dengan imunisasi dasar dan ulangan (booster), berupa pemberian vaksin (misalnya, cacar dan polio) yang kumannya masih hidup, tetapi sudah dilemahkan; virus, kolera, tipus, dan pertusis; toksoid (toksin). Vaksin tersebut akan berinteraksi dengan sistem kekebalan tubuh untu menghasilkan respons imun. Hasil yang diproduksi akan sama dengan kekebalan seseorang yang mendapat penyakit tersebut secara ilmiah. Bedanya, orang yang diberikan vaksin penyakit tertentu akan sakit dan menimbulkan komplikasi (Supartini, 2004). Toksoid adalah toksin bakterial yang telah diolah secara kimiawi atau dipanaskan untuk mengurangi virulensinya tanpa menghancuran kemampuannya merangsang produksi antibodi (misalnya, toksoid difteria dan tetanus). Suspensi mikroorganisme aktual yang dilemahkan atau dimatikan adalah vaksin. Tifoid, pertusis, campak parotitis, dan rubela adalah contoh penyakit yang memiliki vaksin (Betz, 2009)
b.      Kekebalan pasif
Kekebalan pasif terbagi atas dua klasifikasi, yaitu menurut terbentuknya dan menurut lokasi dalam tubuh. Penjelasan dari kedua klasifikasi tersebut adalah sebagai berikut.
Menurut terbentuknya, ada dua kategori menurut klasifikasi ini, yaitu kekebalan pasif bawaan (passive congenital) dan pasif didapat (passive acquired). Kekebalan pasif adalah pemberian antibodi yang berasal dari hewan atau manusia kepada manusia lain dengan tujuan membei perlindungan terhadap penyait infeksi yang bersifat sementara karena kadar antibodi akan berkurang setelah beberapa minggu atau bulan (Depkes RI, 2000). Kekebalan pasif ini terdapat pada neonatus sampai dengan usia enam bulan, yag didapat dari ibu berupa antibodi melalui vaskularisasi pada plasenta, misalnya difteri, pertusis, dan campak. Antibodi tersebut dapat melindungi bayi dari penyakit tersebut sampai usia 12 bulan. Kekebalan pasif didapat (passive acquiredimmunity)didapat dari luar, misalnya, gama globulin murni dari darah yang menderita penyakit tertentu (misalnya, campak, tetanus, gigitan ular berbisa, rabies.
Umumnya imunisasi ini berupa serum dan pemberian serum ini menimbulkan efek samping berupa reaksi atopik, anafilaktik, dan alergi. Oleh karena itu, perlu dilakukn skin test sebelumnya.
Menurut lokalisasinya, ada dua jenis imunitas, yaitu humoral dan seluler. Imunitas humoral (humoral immunity) terdapat dalam imunoglobulin (Ig), yaitu Ig G, A, dan M. Imunitas seluler terdiri atas fagositosis oleh sel-sel sistem retikuloindotelial. Pada dasarnya, imunitas seluler berhubungan dengan adanya alergi kulit terhadap benda asing. Untuk itu, penting mengenali adanya reaksi yang lalu terhadap alergi yang lalu terhadap alergi tertentu sehingga perawat dapat bertindak cepat (Supartini, 2004).
5.      Imunisasi Dasar
a.       Imunsasi BCG
Imunisasi BCG adalah tindakan memasukkan vaksin BCG yang bertujuan untuk memberi kekebalan tubuh terhadap kuman Mycobacterium tuberculosis dengan cara menghambat penyebaran kuman. Diberikan pada umur sebelum 3 bulan. Namun untuk mencapai cakupan yang lebih luas, Departemen Kesehatan Menganjurkan pemberian BCG pada umur antara 0-12 bulan.
b.      Imunisasi polio
Imunisasi polio adalah tindakan imunisasi dengan memberikan vaksin polio (dalam bentuk oral) atau dikenal dengan sebutan oral polio vaccine (OPV) yang bertujuan untuk memberikan kekebalan dari penyakit poliomielitis, dapat diberikan empat kali dengan interval 4-6 minggu.
c.       Imunisasi DPT
Imunisasi ini dilakukan dengan memberikn vaksin DPT (difteri, perusis, tetanus)/DT pda anak yang bertujuan untuk memberi kekebalan dari kuman penyakit difteri, pertusis, tetanus. Pemberian vaksin oertama pada usia 2 bulan dan beriutnya dengan interval 4-6 minggu (kurang lebih 3 kali) selanjutnya ulangan pertama satu tahun dan ulangan berikutnya tiga tahun sekali sampai usi 8 tahun.  Imunisasi ini tidak dianjurkan pada bayi usia kurag dari 2 bulan mengingat imunogen pertusis yang angat reaktogenik dan adanya hambatan tanggap kebal karena pengaruh antibodi maternal untuk imunogen difteri atau tetanus.
d.      Imunisasi hepatitis B
Dilakuan dengan memberikan vaksin hepatitis B dalam tubuh yang bertujuan untu memberi kekebalan dari penyakit hepatitis. Pada ibu yang menderita hepatitis B dengan HBsAg negatif, imunisasi dapat diberikan sesuai dengan dosis yang ada, kemudian dilanjutkan pada usia 1-2 buln dan yang ketiga pada usia 6 bulan. Apabila HBsAg ibu positif, vaksin dapat diberikan dalam waktu 12 jam setelah bayi lahir kemudian suntikan kedua pada usia 1-2 bulan dan ketiga. Imunisasi uangan dapat diberikan 5 tahun kemudian.
e.       Imunissi campak
Imunissi campak adalah tindakan memberikan vaksin campak pada anak yang bertujuan membentuk kekebalan terhadap penyakit campak yang dapat diberikan pada usia 9 bulan secara subkutan, kemudian dapat diulang dalam interval waktu 6 bulan lebih setelah suntikan pertama (Hidayat, 2008).
6.      Pemberian Imunisasi  
Apapun imunisasi yang akan diberikan, ada beberapahal penting yang harus diperhatikan perawat, yaitu sebagai berikut.
a.       Orang tua anak harus ditanyakan aspek status kesehatan anak saat ini, apakah dalam kondisi sehat atau sakit, pengalaman/reaksi terhadap imunisasi yang pernah didapat sebelumnya, penyakit yang dialami di masa lalu dan sekarang.
b.      Orang tua harus mengerti tentang hal-hal yang berkaitan dengan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) terlebih dahulu sebelum menerima imunisasi (informed consent). Pengertian mencakup jenis imunisasi, alasan diimunisasikan, manfaat imunisasi, dan efek sampingnya.
c.       Catatan imunisasi yang lalu (apabila sudah pernah mendapat imunisasi sebelumnya), pentingnya menjaga kesehatan melalui tindakan imunisasi.
d.      Pendidikan kesehatan untuk orang tua. Pemberian imunisasi pada anak harus didasari pada adanya pemahaman yang baik dari orang tua tentang imunisasi sebagai upaya pencegahan penyakit. Perawat harus memberikan pendidikan kesehatan ini sebelum imunisasi diberikan pada anak. Gali pemahaman orang tua tentang imunisasi anak. Gunakan pertanyaan terbuka untuk mendapatkan infomasi seluas-luasnya tentang pemahaman orang tua berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan anak melalui pencegahan penyakit dengan imunisasi supaya dapat memberikan pemahaman yang tepat. Pada akhirnya diharapkan adanya kesadaran orang tua untuk memelihara kesehatan anak sebagai upaya meningkatkan pertumbuhan dan perkembngan anak.
e.       Kontraindikasi pemberian imunisasi. Ada beberapa kondisi yang menjadi pertimbangan untuk tidak memberikan imunisasi pada anak, yaitu: flu berat atau panas tinggi dengan penyebab yang serius, perubahan pada sistem imun yang tidak dapat menerima vaksin virus hidup, sedang dalam pemberian obat-obat yang menekan sistem imun, seperti sitostatika, transfusi darah, dan imunoglobulin; dan riwayat alergi terhadap pemberian vaksin sebelumnya seperti pertusis (Supartini, 2004). Pemberian vaksin virus hidup dikontraindikasikan, dan persetujuan dokter harus diperoleh sebelum memberikan imunisasi lain pada individu dengan leukemia, limfoma, keganasan, atau penyakit imunodefisiensi; anak-anak dengan sensitivitas, hebat terhadap telur, ayam, atau neomisin; anak-anak yang menjalani terapi imunosupresi; anak-anak yang belum lama menerima plasma globulin, serum imun atau produk darah; wanita hamil. Sebelum pemberian imunisasi lain terhadap orang itu (Betz, Lynn, 2009).
7.      Cara dan waktu pemberian imunisasi
Berikut ini adalah cara pemberian dan waktu yang tepat untuk pemberian imunisasi dasar.  
Tabel 1.    Cara pemberian imunisasi dasar (DepKes, 2000)
Vaksin
Dosis
Cara Pemberian
BCG

DPT
Polio
Campak
Hepatitis B
TT
0,05 cc

0,5 cc
2 tetes
0,5 cc
0,5 cc
0,5 cc
Intrakutan tepat di insersio muskulus deltoideus kanan
Intramuskular
Diteteskan ke mulut
Subkutan, biasanya di lengan kiri atas
Intramuskular pada paha bagian luar
Intra muskular dalam biasa di muskulus deltoideus

Tabel 2.      Waktu yang tepat untuk pemberian imunisasi dasar (DepKes, 2000)
Vaksin
Pemberian imunisasi
Selang waktu Pemberian
Umur Pemberian
Keterangan
BCG
DPT
Polio
Campak
Hepatitis B
1 kali
3 kali
4 kali
1 kali
3 kali
      -
4 minggu
4 minggu
       -
4 minggu
0-11 bulan
2-11 bulan
0-11 bulan
9-11 bulan
0-11 bulan
Untuk bayi yang lahir di Rumah Sakit/ Puskesmas Hep-B, BCG dan Polio dapat segera diberikan

8.      Jadwal Pemberian Imunisasi
Description: jadwal-imunisasi-2011-idai-elhooda-com.jpg
Add caption
Imunisasi BCG hanya diberikan pada umur  ≤ 2 bulan dan jika lebih dari 2 bulan sebaiknya dilakukan uji Mantoux (tuberkulin) terlebih dahulu (imunisasi bisa diberikan jika uji Mantoux negatif). Imunisasi DPT diberikan 3 kali pada saat anak umur 2 bulan (DPT I) dengan interval antara DPT II adalah tidak kurang dari 4 minggu, dan begitu juga dengan DPT III. Imunisasi DPT ulang diberikan setelah umur 1 tahunsetelah DPT III dan pada usia prasekolah (5-6 tahun). Imunisasi Polio diberikan 4 kali pada saat umur 2 bulan dengan interval tidak kurang dari 4 minggu. DPT IV pada usia 18-24 bulan sesuai dengan jadwal imunisasi menurut rekomendasi dari IDAI tahun 2011. Imunisasi Campak hanya diberikan satu kali yaitu ketika umur 9 bulan berdasarkan anjuran dari WHO. Imunisasi Hepatitis B yaitu imunisasi primer yang diberikan sebanyak 3 kali. Imunisasi I diberikan 2 jam sesaat setelah bayi lahir. Jarak antara suntikan I dan II adalah 1-2 bulan, sadangkan untuk imunisasi III diberikan dengan jarak 6 bulan dari suntikan I (Dewi, 2011).
Gambar 1  Jadwal imunisasi (IDAI, 2011)
B.     Konsep Dasar DPT-HB dan Polio
1.      DPT-HB
Vaksin Kombinasi adalah gabungan beberapa antigen tunggal menjadi satu jenis produk antigen untuk mencegah penyakit yang berbeda. Misalnya vaksin kombinasi DPT/ HB adalah gabungan antigen-antigen D-P-T dengan antigen Hb untuk mencegah penyakit difteria, pertusis, tetanus, dan Hb (Depkes RI, 2008).
Kekuatan toksoid difteri yang terdapat dalam vaksin DPT saat ini berkisar antara 6,7-25 Lf dalam dosis 0,5 ml. inaktivasi B pertusis 12 ou dan HbsAg 5 mcg. Zat tambahan aluminium phospate 1,5 mg, natrium clorida 4,5 mg, methiolate 0,05 mg (Dewi, 2011).
Alasan utama pembuatan vaksin kombinasi adalah :
a.       Kemasan vaksin kombinasi lebih praktis dibandingkan dengan vaksin monovalen, sehingga mempermudah pemberian maka dapat lebih meningkatkan cakupan imunisasi
b.      Mengurangi frekwensi kunjungan ke fasilitas kesehatan sehingga mengurangi biaya pengobatan
c.       Mengurangi biaya pengadaan vaksin
d.      Memudahkan penambahan vaksin baru ke dalam program imunisasi yang telah ada
e.       Untuk mengejar imunisasi yang terlambat
f.       Biaya lebih murah

Waktu Pemberian
Booster pertama biasanya diberikan pada umur sekitar 2 sampai 11 bulan dan yang selanjutnya diberikan pada usia sekitar 4-5 tahun (Hidayat, 2003). Imunisasi dasar vaksin DPT diberikan setelah berusia 2 bulan sebanyak 3 kali (DPT I, II dan III) dengan interval tidak kurang dari 4 minggu. Imunisasi DPT ulangan diberikan satu tahun sejak imunisasi DPT III, kemudian saat masuk sekolah (5 – 6 tahun) dan saat meninggalkan sekolah dasar (12 tahun). Menurut program dilanjutkan dengan TT di kelas 2 dan 3 SD.

Cara Pemberian
Imunisasi DPT diberikan dengan cara injeksi intramuskuler (IM) pada paha sebanyak 0,5 ml. Pemberian dilakukan 3 kali dengan interval 4 minggu.

Efek Samping
a.       Panas
Kebanyakan anak menderit panas pada sore hari setelah mendapat vaksinasi DPT, tetapi panas ini akan sembuh dalam 1-2 hari. Bila panas yang timbul lebih dari 1 hari sesudah pemberian imunisasi ini, maka itu bukanlah disebabkan oleh vaksin DPT, mungkin ada infeksi lain yang perlu diteliti lebih lanjut. Berikan 1 tablet antipiretik kepada ibu untuk mengatasi efek samping tersebut dan katakan bila anak panas tinggi lebih dari 39oC.
b.      Rasa sakit di daerah suntikan
Sebagian anak merasakan nyeri, sakit, kemerahan, dan bengkak di tempat suntikan. Hal ini perlu diberitahukan kepada ibu sesudah vaksinasi, serta yakinkan ibu bahwa keadaan itu tidak berbahaya dan tidak perlu pengobatan.
c.       Peradangan
Bila pembengkakan sakit terjadi seminggu atau lebih sesudah vaksinasi, hal ini disebabkan oleh  faktor jarum suntik tidak steril, dan penyuntikan kurang dalam.
d.      Kejang-kejang
Kejang-kejang meupakan reaksi yang jarang terjadi,tetapi perlu diketahui petugas. Reaksi ini di sebabkan oleh komponen pertusis dari DPT. Oleh karena efek samping ini cukup berat, maka anak yang pernah mendapat reaksi ini tidak boleh diberi vaksin DPT lagi dan sebagai gantinya diberi DT saja (Dewi, 2011).
2.      Polio
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit poliomyelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak. Kandungan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan (Hidayat, 2005).
Terdapat 2 macam vaksin polio:
a.       IPV (Inactivated Polio Vaccine, Vaksin Salk), mengandung virus polio yang telah dimatikan dan diberikan melalui suntikan.
b.      OPV (Oral Polio Vaccine, Vaksin Sabin), mengandung vaksin hidup yang telah dilemahkan dan diberikan dalam bentuk pil atau cairan.

Vaksin Polio Tidak Aktif (IPV)
a.       Vaksin polio inactivated berisi tipe 1,2, dan 3 dibiakkan pada sel-sel vero ginjal kera dan dibuat tidak aktif dengan formaldehid. Vaksin tersebut dijumpai selain formaldehid juga ada neomisin, streptomisin, dan polimiksin B dalam jumlah kecil.
b.      Vaksin polio inactivated harus disimpan pada suhu 2-8 oC dan tidak boleh dibekukan.
c.       Imunitas mukosal yang ditimbulkan oleh IPV lebih rendah dibandingkan dengan yang ditimbulkan oleh OPV.
Vaksin Polio Oral (OPV)
a.       Vaksin ini berisi virus polio 1, 2, dan 3 serta meupakan bagian dari suku Sabin yang masih hidup tetapi sudah diemahkan (attenuated). Vaksin ini dibuat dalam biakan jaringan ginjal kera dan stabilkan dengan sukrosa. Tiap dosis (2 tetes = 0,1 ml) mengandung virus tipe 1: 10 6.0 CCID50; tipe 2: 10 5.0 CCID50; dan tipe 3: 10 5.5 CCID50; serta Eritromisin yang tidak lebih dari 2 mcg dan Kanamisin yang tidak lebih dari 10 mcg.
b.      Vaksin yang digunakan secara rutin sejak bayi lahir dengan dosis 2 tetes oral. Virus vaksin ini kemudian menempatkan diri di usus dan memacu pembentukan antibodi, baik dalam darah maupun pada epitelium usus, yang menghasilkan pertahanan lokal terhadap virus polio liar yang datang masuk kemudian. Dengan cara ini, maka frekuensi polio virus liar dalam masyarakat dapat dikurangi.
c.       Vaksin poliooal harus disimpan tertutup pada suhu 2-8 oC (Dewi, 2011)
d.      Dapat diberikan empat kali dengan interval 4-6 minggu (Hidayat, 2008)














BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI SEHAT AN. N USIA 2 BULAN 1 HARI DENGAN IMUNISASI DPT-HB I DAN IPV I
DI PUSKESMAS JETIS I

No. Registrasi                                     : 9346
Masuk Puskesmas tanggal, jam           : 1 Februari 2012, jam 10.30 WIB
Rirawat di ruang                                 : KIA
Tempat                                                : Puskesmas Jetis I
Oleh                                                    : 1. Uci Nahiatul Faniah
                                                         2. Yuni Saptin Sulaimi
A.    Data Subyektif
1.      Biodata
Nama Bayi      : An. N
Tanggal Lahir  : 29 November 2011
Usia                 : 2 bulan 1 hari
Jenis Kelamin  : Perempuan
Nama ibu         : Ny. S                                     Ayah   : Tn. J 
Umur               : 35 tahun                                            37 tahun
Agama             : Islam                                                 Islam
Suku/bangsa    : Jawa/Indonesia                                 Jawa/Indonesia
Pendidikan      : SMA                                                 SMA
Pekerjaan         : Pedagang                                          Buruh
Alamat             : Bulus Kulon                                      Bulus Kulon
No. Telp/HP    : -        



2.      Keluhan Utama/alasan datang
Ibu mengatakan anaknya sudah umur 2 bulan saatnya diberikan imunisasi DPT-HBI dan IPV I
3.      Riwayat kesehatan yang sekarang
Ibu mengatakan bayinya sehat, tidak ada keluhan seperti batuk, pilek, panas. Saat ini bayinya masih minum ASI.
4.      Respon keluarga
Keluarga ingin segera memberikan anaknya imunisasi DPT-HB I dan Polio I.
5.      Riwayat kesehatan yang lalu
a.       Riwayat prenatal dan perinatal
Masa kehamilan         : 38 minggu 1 hari
Lahir tanggal             : 29 November 2011, jam 00.10 WIB
Jenis persalinan          : spontan normal
Penolong                   : bidan di BPS
Lama persalinan        : ibu mengatakan lama persalinannya dari sejak          
                                mules-mules hingga melahirkan bayi sekitar 8,5    
                                jam.  
Komplikasi          
1)      Ibu                      : tidak ada
2)      Janin                   : tidak ada
Keadaan bayi baru lahir
BB/PB lahir              : 3100 gram/ 45 cm
Nilai APGAR          : ibu mengatakan bayi lahir dengan menangis   
                                kuat, gerakan aktif, warna kulit kemerahan, bayi          
                                tidak terlihat kesulitan dalam bernapas.
b.      Riwayat pemberian nutrisi
ASI eksklusif            : ya, sejak bayi lahir hingga sekarang
PASI                         : belum
Makanan tambahan   : belum
Keluhan                : tidak ada
6.      Status kesehatan terakhir
a.       Riwayat alergi
Jenis makanan       : tidak ada
Debu                     : tidak ada
Obat                      : tidak ada
b.      Imunisasi dasar
Jenis Imunisasi
Pemberian ke-/ Tanggal Pemberian
Ket.
I
II
III
IV
BCG
7-12-11
       -
    -
      -

Hepatitis B
30-11-11
Belum
Belum
     -

IPV
Belum
Belum
Belum
Belum

DPT
Belum
Belum
Belum
    -

Campak
Belum
    -
   -
    -

 Imunisasi ulang      : belum            Tanggal : -
                                                : belum            Tanggal : -
                                                : belum            Tanggal : -
c.       Uji skrining           : tidak dilakukan
d.      Riwayat penyakit yang lalu
Tida ada
B.     Data Obyektif
1.      Pemeriksaan Umum
a.       Keadaan umum                 : Baik
b.      Kesadaran                         : Composmentis
c.       Tanda vital
Tekanan darah                   : tidak dilakukan
Nadi                                  : 100 kali/menit
Pernafasan                         : 40 kali/menit
Suhu                                  : 36 °C
d.      Status gizi                          : PB 56 cm (normal), BB 4600 (normal)
  LK 38 cm (normal), LLA 14 cm (normal)
  LK/Umur : Normal, PB/BB: Normal
e.       Kulit                                  : putih, agak kemerahan
f.       Kuku                                 : Bersih, warna merah muda, pendek
g.      Kelenjar getah bening       : tidak ada pembesaran
2.      Pemeriksaan Fisik
a.       Kepala
Rambut                              : Tumbuh sedikit rambut, berwarna hitam,
  bersih
Ubun-ubun                        : ubun-ubun besar belum menutup
Wajah                                : tampak oval, tidak ada oedema
Mata                                  : simetris, konjungtiva merah muda, sclera 
  putih, sekret berlebih tidak ada.
Telinga                              : simetris, tidak ada serumen
Hidung                              : Bersih, tulang simetris, tidak ada tanda
  pernapasan  cuping hidung.
Mulut                                : Bibir lembab, belum tumbuh gigi, lidah
merah muda, tidak ada labioskizia dan labiopalatoskizia
b.      Leher                                 : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan
  vena  jugularis
c.       Dada                                 
Bentuk dan besar              : simetris, tidak adanya retraksi, tidak ada  
  pigeon chest
Gerakan                             : gerakan dada dan perut bersamaan  
Payudara                           : simetris, tidak ada pengeluaran
Paru                                   : tidak ada whezing, tidak ada ronkhi
Jantung                              : berdenyut teratur
d.      Abdomen
Ukuran dan bentuk           : simetris, tidak asites
Gerakan                             : teratur
Dinding perut                    : tidak ada omfalokel
Auskultasi                         : bising usus normal
Perkusi                              : tidak ada kelainan
Palpasi                               : tidak ada massa dan pembesaran hepar
e.       Anus dan rektum               : ada lubang (tidak ada atresia ani), bersih
f.       Genetalia.
Perempuan                         : labia mayora sudah menutupi labia minora,
  bersih
g.      Tulang belakang                : tidak ada spina bifida
h.      Ekstremitas                        : aktif, jari lengkap, terdapat luka sikatrik
  bekas imunisasi BCG
i.        Neurologis                         : baik
Pemeriksaan perkembangan pada bayi sehat umur 2 bulan sesuai dengan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)
Tabel 3.      KPSP pada bayi umur 0-3 bulan ( Depkes, RI 2005)
Kemampuan
Jenis perkembangan
Ya
Tidak
1.      Pada waktu bayi terlentang, apakah masing-masing lengan dan tungkai bergerak dengan mudah ? Jawab TIDAK bila salah satu atau kedua tungkai atau lengan bayi bergerak tak terarah/ terkendali.
Gerak kasar

2.      Pada waktu bayi telentang apakah ia melihat dan menatap wajah anda?
Sosialisasi dan kemandirian

3.      Apakah bayi dapat mengeluarkan suara-suara lain (ngoceh) di samping menangis?
Bicara dan bahasa

4.      Pada waktu bayi telentang, apakah ia dapat mengikuti gerakan anda dengan menggerakkan kepalanya dari kanan/kiri ke tengah.
Gerak halus

5.      Pada waktu bayi telentang, apakah ia dapat mengikuti gerakan anda dengan menggerakkan kepalanya dari satu sisi hampir pada sisi yang lain.
Gerak halus

6.      Pada waktu anda mengajak bayi berbicara dan tersenyum, apakah ia tersenyum kembali kepada anda?
Sosialisasi dan kemandirian

7.      Pada waktu bayi telungkup di alas yang datar, apakah ia dapat sedikit mengangkat kepalanya?
Gerak kasar

8.      Pada waktu bayi telungkup di alas yang datar, apakah ia dapat mengangkat kepalanya sehingga membentuk sudut 45o ?
Gerak kasar

9.      Pada waktu bayi telungkup di alas yang datar, apakah ia dapat mengangkat kepalanya dengan tegak?
Gerak kasar

10.  Apakah bayi suka tertawa keras walau tidak digelitik atau diraba-raba
Bicara dan bahasa



Keterangan :
Ya                        :  7
Tidak        :  3
Kesimpulan: perkembangan bayi normal sesuai umur.
C.    Analisis Masalah
1.      Diagnosis kebidanan
An. N usia 2 bulan 1 hari perkembangan sesuai dengan usia dengan imunisasi DPT-HB I dan IPV I
2.      Masalah
Tidak ada
3.      Kebutuhan
Tidak ada
4.      Diagnosis Potensial
Tidak ada
5.      Kebutuhan tindakan segera
a.       Mandiri
Tidak ada
b.      Kolaborasi
Tidak ada
c.       Merujuk
Tidak ada
D.    Intervensi
1.      Melakukan pendekatan teraupetik
Rasional: dengan melakukan pendekatan teraupetik dengan cara menyapa dengan sopan, komunikatif, bertatap muka dan melakukan pendekatan yang baik akan terjalin hubungan saling percaya sehingga ibu dapat kooperatif dengan petugas.
2.      Melakukan pemeriksaan/observasi keadaan bayi meliputi pemeriksaan umum dan pemeriksan fisik.
Rasional: dengan pemeriksaan umum dan fisik bayi, dapat diketahui bahwa bayi dalam keadaan sehat dan siap untuk diimunisasi
3.      Memberitahu ibu hasil pemeriksaan
Rasional: dengan memberitahu ibu, diharapkan ibu mengerti keadaan bayinya saat ini bahwa bayinya sehat.
4.      Menjelaskan kepada ibu tentang manfaat dan efek samping imunisasi DPT-HB  I dan IPV I
Rasional: dengan menjelaskan tentang manfaat dan efek samping imunisasi DPT-HB I dan IPV I diharapkan ibu mengerti dan dapat lebih tenang dalam menghadapi efek samping yang timbul.



5.      Memberikan imunisasi DPT-HB I dan IPV I
Rasional: Pemberian imunisasi yang tepat akan memberikan hasil yang optimal untuk kekebalan tubuh terhadap  penyakit difteri, pertusis, tetanus,  hepatitis B dan polio.
6.      Menganjurkan ibu datang 1 bulan lagi.
Rasional: agar ibu kembali tepat waktu sesuai jadwal imunisasi selanjutnya. 
7.      Melakukan pendokumentasi
Rasional: Sebagai bukti tertulis dan tanggung jawab serta tanggung gugat.
8.      Berikan terapi pada bayi berupa obat penurun panas.
Rasional: Agar memperoleh keadaan yang sehat dan aman.
E.     Implementasi                   Tanggal : 1 Februari 2012    Jam : 10.40 WIB
1.      Memberitahu ibu bahwa bayi ibu sehat dan siap untuk diberikan imunisasi DPT-HB I dan IPV I  karena bayi sudah berusia 2 bulan.
2.      Memberitahu ibu tentang manfaat dan efek samping imunisasi DPT-HB yaitu untuk mencegah dan memberikan kekebalan terhadap penyakit difteri, pertusis, dan tetanus, efeknya panas. Imunisasi IPV untuk mencegah dan memberikan kekebalan terhadap penyakit polio atau lumpuh layu, efeknya tidak ada.
3.      Mencuci tangan dan kemudian menyiapkan vaksin DPT-HB dan IPV yang ada di dalam cold box, 2 spuit ADS (Auto Disposible Spuite) 0,5 cc, kapas DTT dan bengkok. Jangan lupa melihat tanggal kadaluarsa, setelah itu vaksin DPT-HB dan IPV dimasukkan dalam spuit dengan dosis masing-masing 0,5 cc.
4.      Menyuntikkan vaksin DPT-HB pada 1/3 paha kiri bagian atas luar (vastus lateral), terlebih dahulu kaki diluruskan,  lalu pada bagian tersebut bayi didesinfeksi dengan kapas DTT, kemudian suntik secara IM (90o) tanpa aspirasi karena memakai spuit ADS (Auto Disposible Spuite). Untuk yang vaksin polio, desinfeksi 1/3 paha kanan bagian atas luar (vastus lateral) terlebih dahulu lalu suntik 1/3 paha kanan (vastus lateral) atas luar bagian luar secara IM (90o).
5.      Memberitahu ibu bahwa setelah penyuntikan bayinya kemungkinan bisa demam. Jika demam bayi berlanjut segera hubungi petugas kesehatan.
6.      Mengamati reaksi bayi paska imunisasi.
7.      Memberikan ibu obat penurun panas dengan dosis 10 mg/kgBB dan beritahu ibu bahwa obat ini diminum jika bayi demam.
BB= 4900 gram = 4,9 kg» 5 kg, jadi dosis yang dibutuhkan setiap kali minum 5 kg x 10 mg= 50 mg.
1 tablet = 500 mg, jadi terbagi dalam 10 bungkus gerusan obat diminum setiap 8 jam.
8.      Memberitahu ibu jadwal imunisasi selanjutnya 1 bulan lagi yaitu DPT-HB II dan IPV II.
9.      Membereskan alat-alat yang telah dipergunakan, membuang spuit ke dalam safety box dan sampah lainnya dibuang di tempat sampah medis kemudian mencuci tangan dengan air mengalir.
10.  Melakukan pendokumentasian.
F.     Evaluasi                            Tanggal 1 Februari 2012      Jam : 10.42 WIB
1.      Ibu mengerti dengan hasil pemeriksaan
2.      Ibu mengerti manfaat dan efek samping dari imunisasi DPT-HB I dan IPV I
3.      Cuci tangan sudah dilakukan dan vaksin DPT-HB I dan IPV I sudah disiapkan
4.      Bayi sudah diberikan imunisasi DPT-HB I dan IPV I
5.      Ibu sudah mengerti tentang keadaan bayinya setelah diimunisasi DPT-HB  I dan IPV I
6.      Bayi menangis setelah disuntik.
7.      Ibu bersedia untuk meminumkan bayinya obat penurun panas  jika demam
8.      Ibu bersedia untuk datang kembali setelah satu bulan.
9.      Alat –alat sudah dikembalikan, spuit dan sampah lainnya sudah dibuang. 
10.  Pendokumentasian sudah dilakukan.


BAB IV
PEMBAHASAN
Pemberian imunisasi terdapat beberapa persyaratan yaitu dengan teknik pemberian yang tepat, vaksin harus baik, disimpan dalam lemari es dan belum lewat masa kadaluarsa, jenis vaksin yang dimaksud, mempertahankan dosisi yang diberikan, mengetahui jadwal vaksinasi dengan melihat umur dan jenis imunisasi yang tepat. (Depkes RI, 2000)
Dari hasil praktek pemberian imunisasi yang kami lakukan di Puskesmas Jetis I, jika dilihat dari segi teknik, jadwal, sasaran, serta pengelolaan obat ada beberapa ketidak sesuainya antara teori. Dilihat dari segi teknik, biasanya setelah  melakukan asuhan terhadap bayi, sangat jarang dilakukan cuci tangan sehingga jika ada pasien baru langsung diberikan imunisasi tanpa diselingi dengan cuci tangan. Hal ini dilakukan karena banyaknya pasien dan keterbatasan  waktu. Selain itu juga, sebelum memasukkan vaksin hendaknya melihat tanggal kadaluarsa dari vaksin. Hal ini untuk mendapatkan efek yang diinginkan dan tidak menimpulkan efek samping. Jika dilihat dari segi jadwal, jadwal imunisasi sudah sesuai dengan yang diprogramkan oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDAI). Dari segi sasaran, imunisasi diberikan sesuai tingkat umur dan kondisi anak. Sedangkan dari segi pengelolaan obat, pengelolaan obat di Puskesmas Jetis I sudah memenuhi standar SOP. Vaksin disimpan di tempat khusus di lemari es. Di dalamnnya sudah dilengkapi dengan pengukur suhu (thermometer) dan masing-masing vaksin dikelompokkan sesuai dengan suhu yang dibutuhkan oleh vaksin.





BAB V
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Dari hasil praktek klinik lapangan yang kami lakukan, kami menyimpulkan bahwa:
1.      Mahasiswa mampu melakukan asuhan kebidanan sesuai dengan 7 langkah Varney yaitu melakukan pengkajian, menginterpretasikan, mendiagnosa potensial, mengantisipasi untuk tindakan segara, menetapkan kebutuhan terhadap tindakan, menyusun rencana, implementasi dan mengevaluasi tindakan asuhan.
2.      Mahasiswa mampu membandingkan antara praktek di lapangan dan teori.
B.     Saran
1.      Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan bisa melakukan tindakan sesuai setandar operasional prosedur (SOP) yang ada, menerapkan serta memperhatikan komunikasi yang baik terhadap pasien.
2.      Akademik
Kami berharap pada pihak akademik untuk memberikan bimbingan yang lebih baik dan intensif dari sebelumnya, serta memberikan gambaran yang jelas dalam proses pembuatan dokumentasi asuhan kebidanan pada bayi. 
3.      Puskesmas Jetis I
Kami berharap kepada puskesmas dan semua tenaga kesehatan yang ada di dalamnya untuk mempertahankan kinerjanya dan tetap adanya rasa untuk saling berbagi ilmu baik yang ada kaitannya dengan kebidanan maupun tidak, serta memberikan bimbingan yang baik dan lebih memberikan kesempatan untuk mencoba sebuah tindakan.


DAFTAR PUSTAKA
Betz, Lynn. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakata: EGC.
Depkes RI. 2000. Manajemen Terpadu Balita Sakit. Jakarta: Depkes RI
----------------------. Jadwal Pemberian Imunisai. Jakarta: Depkes RI.
-------------. 2005. Instrumen Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan pada
Balita dan Anak Prasekolah. Jakarta: Depkes RI.
Dewi,Vivian. 2011. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Salemba Medika:
Jakarta.
Hidayat, A Alimut. 2008. Buku saku keperawatan anak. Jakarta: EGC.      
IDAI. 2010. Imunisasi  Investasi Kesehatan Masa Depan.
http://www.idai.or.id/kegiatanidai.html (accessed, 9 Februari 2012)
Supartini, Yupi. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak . Jakarta
EGC.